Selasa, 01 Maret 2016

RAHASIA GERAKAN SHALAT ditinjau secara medis



RAHASIA GERAKAN SHALAT ditinjau secara medis.
Tulisan ini diambil dari salah satu materi presentasi seseorang yang tidak disebut namanya.

Suatu ketika Rasulullah SAW berada di dalam Masjid Nabawi, Madinah. Selepas menunaikan shalat,  beliau menghadap para sahabat untuk bersilaturahmi dan memberikan tausiyah.  Tiba-tiba, masuklah seorang pria ke dalam masjid, lalu melaksanakan shalat dengan cepat. Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah SAW dan mengucapkan salam. Rasul berkata pada pria itu, "Sahabatku,  Engkau tadi belum shalat!"

Betapa kagetnya orang itu mendengar perkataan Rasulullah SAW. Ia pun kembali ke tempat shalat dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya ia melaksanakan shalat dengan sangat cepat.  Rasulullah SAW tersenyum melihat "gaya" shalat seperti itu. Setelah melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali mendatangi Rasulullah SAW. Begitu dekat, beliau berkata pada pria itu,
"Sahabatku, tolong ulangi lagi shalatmu! Engkau tadi belum shalat."

Lagi-lagi orang itu merasa kaget. Ia merasa telah  melaksanakan shalat sesuai aturan. Meski demikian, dengan senang hati ia  menuruti tuntunan Rasulullah SAW. Tentunya dengan gaya shalat yang sama. Namun seperti "biasanya", Rasulullah SAW menyuruh  orang itu mengulangi shalatnya kembali. Karena bingung, ia pun berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bias melaksanakan shalat dengan lebih baik lagi. Karena itu, ajarilah aku!"

"Sahabatku," kata Rasulullah SAW dengan  tersenyum, "Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka  bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Fatihah dan surat dalam Alquran yang engkau pandang paling mudah. Lalu, rukuklah dengan tenang (thuma'ninah),  lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak. Selepas itu, sujudlah  dengan tenang, kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang.  Lakukanlah seperti itu pada setiap shalatmu."

Kisah dari Mahmud bin Rabi' Al Anshari dan diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahih-nya ini memberikan gambaran bahwa shalat tidak cukup sekadar "benar" gerakannya saja, tapi juga harus dilakukan dengan tumaninah, tenang, dan khusyuk.
Kekhusukan ruhani akan sulit tercapai, bila  Fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti dilakukan dengan cepat dan terburu-buru. Sebab, dengan terlalu cepat, seseorang akan sulit menghayati setiap bacaan, tata gerak tubuh menjadi tidak sempurna, dan jalinan  komunikasi dengan Allah menjadi kurang optimal. Bila hal ini  dilakukan terus menerus, maka fungsi shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar akan kehilangan makna. Karena itu, sangat beralasan  bila Rasulullah SAW mengganggap "tidak shalat" orang yang melakukan  shalat dengan cepat (tidak tumaninah).

HIKMAH GERAKAN SHALAT
Sebelum menyentuh makna bacaan shalat yang luar biasa, termasuk juga aspek "olah rohani" yang dapat melahirkan ketenangan jiwa, atau"jalinan komunikasi" antara hamba dengan Tuhannya, secara fisik shalatpun mengandung banyak keajaiban. Setiap gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah SAW sarat akan hikmah dan bermanfaat bagi kesehatan. Syaratnya, semua gerak tersebut dilakukan dengan benar, tumaninah serta istikamah (konsisten dilakukan).

Dalam buku Mukjizat Gerakan Shalat, Madyo Wratsongko MBA. mengungkapkan bahwa :
Gerakan shalat dapat melenturkan urat syaraf dan mengaktifkan sistem keringat dan sistem pemanas tubuh. Membuka pintu oksigen ke otak, mengeluarkan muatan listrik negatif dari tubuh, membiasakan pembuluh darah halus di otak mendapatkan tekanan tinggi, serta membuka pembuluh darah di bagian dalam tubuh (arteri jantung).

Kita dapat menganalisis kebenaran  sabda Rasulullah SAW  dalam kisah diawal :

1.      "Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah, Saat takbir Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya ke atas hingga sejajar dengan bahu-bahunya (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar).
Takbir ini dilakukan ketika hendak rukuk, dan ketika bangkit dari rukuk. Beliau pun mengangkat kedua tangannya ketika sujud. Apa maknanya?
Pada saat kita mengangkat tangan sejajar bahu, maka otomatis kita membuka dada, memberikan aliran darah dari pembuluh balik yang terdapat di lengan untuk dialirkan ke bagian otak pengatur keseimbangan tubuh, membuka mata dan telinga kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga.




2.      "Rukuklah dengan tenang (tumaninah)." Ketika rukuk, Rasulullah SAW meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut (HR Bukhari dari Sa'ad bin Abi Waqqash).
Apa maknanya?
Rukuk yang dilakukan dengan tenang dan maksimal dapat merawat kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai syaraf sentral manusia) beserta aliran darahnya. Rukuk pun dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat yang terdapat di pungggung, pinggang, paha dan betis belakang.
Demikian pula tulang leher, tengkuk dan saluran syaraf memori dapat terjaga kelenturannya dengan rukuk. Kelenturan syaraf memori dapat dijaga dengan mengangkat kepala secara maksimal dengan mata menghadap ke tempat sujud.

3.      "Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak."
Apa maknanya?
Saat berdiri dari dengan mengangkat tangan, darah dari kepala akan turun ke bawah, sehingga bagian pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Hal ini dapat menjaga syaraf keseimbangan tubuh dan berguna mencegah pingsan secara tiba-tiba.

4.      "Selepas itu, sujudlah dengan tenang."
Apa maknanya?
Bila dilakukan dengan benar dan lama, sujud dapat memaksimalkan aliran darah dan oksigen ke otak atau kepala, termasuk pula ke mata, telinga, leher, dan pundak, serta hati. Cara seperti ini efektif untuk membongkar sumbatan pembuluh darah di jantung, sehingga resiko terkena jantung koroner dapat diminimalisasi.

5.      "Kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan  tenang."
Apa maknanya?
Cara duduk di antara dua sujud dapat menyeimbangkan sistem elektri serta syaraf keseimbangan tubuh kita. Selain dapat menjaga kelenturan syaraf di bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis, sampai jari-jari kaki.
Subhanallah!


DAMPAK  MEDIS SHALAT  QIYAMUL LAIL (QL)

Menurut hasil penelitian Mohammad  Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu shalat sunah yang  bisa membebaskan  seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker adalah Qiyamul Lail.  "Jika anda melakukannya secara  rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya anda terbebas dari infeksi dan  kanker". Dalam desertasinya yang berjudul “Pengaruh  QL terhadap peningkatan Perubahan Response ketahanan Tubuh  Imonologik: Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi"

QL  jika dilakukan secara kontinyu, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis shalat itu menumbuhkan respons ketahanan tubuh (imonologi) khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan  motivasi positif, serta dapat  mengefektifkan kemampuan individu untuk  menanggulangi masalah yang dihadapi (coping).

Parameternya diukur dengan kondisi tubuh. Pada kondisi  normal: jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-69 nmol/liter. Pada malam hari-atau setelah pukul 24:00 normalnya antara  69-34 nmol/liter. "Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa  diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41  responden  SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan QL selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang  bertahan QL selama dua bulan. Shalat dimulai pukul 02-00-3:30  sebanyak 11 rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam plus tiga  rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di  Surabaya (paramita, Prodia dan  Klinika).
Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin QL secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan QL. Mereka yang rajin dan ikhlas QL memiliki ketahanan tubuh dan  Kemampuan individual untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan  stabil.
"Jadi QL selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan  muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara  memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efectif, emosi  yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress"

Menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap  penyakit kanker dan infeksi. Dengan QL yang dilakukan secara  rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan  memiliki respons imun yang baik,  yang kemungkinan besar akan terhindar dari  penyakit infeksi dan kanker.
Berdasarkan hitungan teknik medis  menunjukan, QL yang dilakukan seperti itu membuat orang   mempunyai ketahanan tubuh yang baik. Doktor Neurologi dari Amerika memeluk Islam setelah yakin  dengan pengobatan secara Islam,  ketika ditanya bagaimana beliau tertarik untuk  memeluk Islam, maka Doktor  tersebut menjawab bahwa sewaktu shalat, terdapat  beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah.
Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara yang lebih normal. Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia menemukan bahwa darah  tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika  seseorang tersebut shalat yaitu ketika sujud. Urat tersebut  memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja.
Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar shalat 5  waktu yang diwajibkan oleh Islam. Begitulah keagungan ciptaan  Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan Shalat  maka otak tidak  dapat menerima darah yang secukupnya  untuk  berfungsi secara normal.

KESIMPULANNYA :
Manusia yang tidak Shalat apalagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara  normal  sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang  pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal.
Justru itu tidak  heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan hal-hal  yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan kehendak  mereka karena otak tidak bisa untuk mempertimbangkan secara lebih normal. Maka tidak heranlah timbul bermacam-macam gejala-gejala sosial masyarakat  saat ini.